Penyesuaian diri
Penyesuaian diri atau sering disebut
juga dengan adaptasi, ialah suatu proses membiasakan diri dalam keadaan
tertentu, menyangkut dengan kesehatan mental, penyesuaian diri tidak selalu
berjalan baik, banyak orang yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan
keadaan, sehingga dapat menyebabkan kesehatannya terganggu.
Schneiders (1964: 51) mengungkapkan
bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment
person) adalah mereka dengan segala keterbatasannya, kemampuannya serta
kepribadiannya telah belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan
lingkungannya dengan cara efisien, matang, bermanfaat, dan memuaskan. Efisien
artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat memberikan hasil yang
sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak mengeluarkan energi, tidak membuang
waktu banyak, dan sedikit melakukan kesalahan. Matang artinya bahwa individu
tersebut dapat memulai dengan melihat dan menilai situasi dengan kritis sebelum
bereaksi. Bermanfaat artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut
bertujuan untuk kemanusiaan, berguna dalam lingkungan sosial, dan yang
berhubungan dengan Tuhan. Selanjutnya, memuaskan artinya bahwa apa yang
dilakukan individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada dirinya dan
membawa dampak yang baik pada dirinya dalam bereaksi selanjutnya. Mereka juga
dapat menyelesaikan konflik-konflik mental, frustasi dan kesulitan-kesulitan
dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta
tidak menunjukkan perilaku yang memperlihatkan gejala menyimpang.
Bentuk-bentuk
Penyesuaian Diri
Menurut Sunarto dan Hartono (1995) Penyesuaian
diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
Tidak adanya ketegangan emosional.
Tidak menunjukkan adanya
mekanisme-mekanisme psikologis.
Tidak menunjukkan adanya frustasi
pribadi.
Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri.
Mampu dalam belajar.
Menghargai pengalaman.
Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara
positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
- · Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
Individu secara langsung menghadapi
masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam
menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia
mengemukakan segala masalahnya kepada guru.
- · Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
Individu mencari bahan pengalaman untuk
dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa
kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya
menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan
sebagainya.
- · Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
Individu melakukan suatu tindakan
coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.
Schneiders (1964: 429) mengungkapkan
setiap individu memiliki pola penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan
kondisi serta lingkungan yang dihadapinya.
Empat variasi penyesuaian diri yang
lebih penting dan krusial dalam kehidupan seorang manusia yaitu:
Penyesuaian dengan dirinya sendiri
(Personal Adjustment)
Penyesuaian sosial (Social
Adjustment)
Penyesuaian diri dengan pernikahan (Marital
Adjustment)
Penyesuaian diri dengan pekerjaan
(Vocational Adjustment).
Sumber:
Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung:
Mandar Maju
Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono).
(2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston. Pertumbuhan personal
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston. Pertumbuhan personal
Thanks for sharing
BalasHapusplease visit us
https://ittelkom-sby.ac.id/%3EVisit