Rabu, 20 Maret 2013

Tulisan 1


Konsep Sehat

Sehat memiliki banyak arti dari berbagai pendapat. Menurut saya sehat dapat diartikan sebagai keadaan tubuh yang dapat digunakan dengan normal, yang terbebas dari segala macam penyakit, baik jasmani maupun rohani. Orang yang kekurangan fisik atau cacat dapat dikatakan sehat, karena tidak sedikit orang yang cacat atau kekurangan secara fisik, namun memiliki rohani yang sehat, karena mereka masih mau berusaha, dan tidak sedikit pula orang yang secara fisiknya atau jasmaniahnya sehat, tapi malas untuk berusaha.

Pengertian sehat menurut UU pokok kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental) dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebasdari penyakit, cacat dan kelemahan.

Undang-undang No. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yaitu: fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, sosial, dan produktivitas yang mempunyai arti pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.

Beberapa ahli teori mengemukakan bahwa secara psikologis manusia tidak dapat menjadi sehat tanpa melibatkan diri dalam bentuk pekerjaan. Orang-orang sehat secara sadar mampu mengatur tingkah laku merekadan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Ahli-ahli teori ini juga sependapat bahwa orang-orang sehat secara psikologis mengetahui diri mereka siapadan apa.

Sumber:
http://afand.abatasa.com/post/detail/2456/pengertian-sehat
Schultz, Duane. 1997. Psikologi Pertumbuhan Model-model Keribadian Sehat. Yogyakarta : Kansius


Sejarah perkembangan kesehatan mental

Sejarah perkembangan kesehatan mental selum dikatakan maju secara mental,nenek moyang homo sapiens sama halnya dengan homo sapiens yang mengalami gangguan-gangguan mental. Mereka dan keturunan mereka sangat takut dengan predator, mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental dan merusak mental orang lain. mereka berusaha mengatasi masalah kesehatan mental. Sejarah yang tercatat melaporkan berebagaimacam interpretasi mengenai penyakit mental dancara-cara mengurangi atau mengahilangkannya.

Pada zaman prasejarah manusia purba sering menngalami penyakit mental, namun mereka selalu berusaha menguranginya. Mereka berpikir penyakit itu disebabkan karena roh-roh jahat, hailintar atau mantra-mantra musuh. Dalam setiap masyarakat beberapa dukun berpaling kebidang-bidang yang semakin luas, dan agama menjadi lembaga sosial yang penting. Dokterr-dokter sering kali disebut imam-imam.

Peradaban-peradaban awal yang kita kenal dengan Mesopotamia, Mesir, Yahudi, Cina, India, dan Amerika, imam-imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.

Tahun 1692 mendapatkan suatu pengruh para imigran dari Eropa yang bernama Nasrani di Amerika yang mengalami gangguan mental dianggap sebagai pengaruh sihir. Sehingga orang-orang takut kepada orang yang memiliki kekuatan sihir.

Pada tahun 1724 pendeta cotton mather (1663-1728) memajukan penjelasan secara fisik, bahwa penyakit mental terjadi karena sakit pada jiwa itu sendiri.

Benjamin Rush (1745-1813) pada tahun 1812 menjalani salah satu yang mengalami masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini rumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan.

Sumber:
Yustinus semium. OFM. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kansius
Siswanto.S.Psi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Andi.


Pendekatan kesehatan mental

v  Orientasi klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan yang berlebihan, seperti keteganggan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna, yang semuanya menyebabkan perasaan sakit, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas ini sering dianut dilingkungan kedokteran.

v  Orientasi penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu mangembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya, serta dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitanya.

v  Orientasi pengembangan potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa,bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlahakal pikiran saja, tetapi yang lebih penting dan sangat menentukan adalah perasaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa dan memajukan jiwa.
Hubungan sosial dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorang sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencari kebahagiaan masyarakat.

Sumber:
http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4018.2.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar