Konsep
Sehat
Sehat memiliki banyak arti dari berbagai
pendapat. Menurut saya sehat dapat diartikan sebagai keadaan tubuh yang dapat
digunakan dengan normal, yang terbebas dari segala macam penyakit, baik jasmani
maupun rohani. Orang yang kekurangan fisik atau cacat dapat dikatakan sehat,
karena tidak sedikit orang yang cacat atau kekurangan secara fisik, namun
memiliki rohani yang sehat, karena mereka masih mau berusaha, dan tidak sedikit
pula orang yang secara fisiknya atau jasmaniahnya sehat, tapi malas untuk
berusaha.
Pengertian sehat menurut UU pokok
kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental) dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebasdari penyakit, cacat dan kelemahan.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992,
kesehatan mencakup 4 aspek, yaitu: fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan
ekonomi. Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
sosial, dan produktivitas yang mempunyai arti pekerjaan atau menghasilkan
sesuatu secara ekonomi.
Beberapa ahli teori mengemukakan bahwa
secara psikologis manusia tidak dapat menjadi sehat tanpa melibatkan diri dalam
bentuk pekerjaan. Orang-orang sehat secara sadar mampu mengatur tingkah laku
merekadan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Ahli-ahli teori ini
juga sependapat bahwa orang-orang sehat secara psikologis mengetahui diri
mereka siapadan apa.
Sumber:
http://afand.abatasa.com/post/detail/2456/pengertian-sehat
http://afand.abatasa.com/post/detail/2456/pengertian-sehat
Schultz, Duane. 1997. Psikologi
Pertumbuhan Model-model Keribadian Sehat. Yogyakarta : Kansius
Sejarah perkembangan kesehatan
mental
Sejarah perkembangan
kesehatan mental selum dikatakan maju secara mental,nenek moyang homo sapiens
sama halnya dengan homo sapiens yang mengalami gangguan-gangguan mental. Mereka
dan keturunan mereka sangat takut dengan predator, mereka mengalami kecelakaan
dan demam yang merusak mental dan merusak mental orang lain. mereka berusaha
mengatasi masalah kesehatan mental. Sejarah yang tercatat melaporkan
berebagaimacam interpretasi mengenai penyakit mental dancara-cara mengurangi
atau mengahilangkannya.
Pada zaman prasejarah manusia
purba sering menngalami penyakit mental, namun mereka selalu berusaha
menguranginya. Mereka berpikir penyakit itu disebabkan karena roh-roh jahat,
hailintar atau mantra-mantra musuh. Dalam setiap masyarakat beberapa dukun
berpaling kebidang-bidang yang semakin luas, dan agama menjadi lembaga sosial
yang penting. Dokterr-dokter sering kali disebut imam-imam.
Peradaban-peradaban
awal yang kita kenal dengan Mesopotamia, Mesir, Yahudi, Cina, India, dan
Amerika, imam-imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.
Tahun 1692 mendapatkan
suatu pengruh para imigran dari Eropa yang bernama Nasrani di Amerika yang
mengalami gangguan mental dianggap sebagai pengaruh sihir. Sehingga orang-orang
takut kepada orang yang memiliki kekuatan sihir.
Pada tahun 1724 pendeta
cotton mather (1663-1728) memajukan penjelasan secara fisik, bahwa penyakit
mental terjadi karena sakit pada jiwa itu sendiri.
Benjamin Rush
(1745-1813) pada tahun 1812 menjalani salah satu yang mengalami masalah
penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris menangani pasien
sakit jiwa. Pada masa ini rumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk
menyembuhkan kegilaan.
Sumber:
Yustinus semium. OFM.
2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kansius
Siswanto.S.Psi. 2007.
Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Andi.
Pendekatan kesehatan mental
v Orientasi klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak
mempunyai kelakuan yang berlebihan, seperti keteganggan, rasa lelah, cemas,
rendah diri atau perasaan tidak berguna, yang semuanya menyebabkan perasaan
sakit, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas ini sering
dianut dilingkungan kedokteran.
v Orientasi penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis
bila ia mampu mangembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain
serta lingkungan sekitarnya, serta dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekitanya.
v Orientasi pengembangan potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa,bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensinya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain
dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlahakal
pikiran saja, tetapi yang lebih penting dan sangat menentukan adalah perasaan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah mencegah
timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan
penyakit jiwa dan memajukan jiwa.
Hubungan sosial
dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya
tujuan-tujuan perseorang sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan
mental hanya sekedar usaha untuk mencari kebahagiaan masyarakat.
Sumber:
http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4018.2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar