Koping (Coping) Stres
Coping adalah mekanisme
untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila
mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap
perubahan atau beban tersebut.
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1.
Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang
dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping
jenis tindakan langsung :
a.
Mempersiapkan diri untuk menghadapi
luka
Individu
melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan
yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya,
dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai
belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan
sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya baik disbanding
dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian
saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi
merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi
lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b.
Agresi
Agresi adalah
tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai
mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai
dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh pemerintah Jakarta terhadap
penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena
pemerintah memilki kekuasaan yang lebih besar disbanding dengan penduduk
setempat yang digusur.
c.
Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini
terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga
individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang
mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka
karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti aceh.
d.
Apati
Jenis koping
ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu
yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan
tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang
mengancam tersebut.
2.
Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan
menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi
dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 jenis koping peredaan atau
palliation:
a.
Diarahkan pada gejala (Symptom
Directid Modes)
Macam koping
ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu
melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan
emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut. Penggunaan
obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol merupakan bentuk koping
dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak selamanya cara ini bersifat
negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan
juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt bersifat positif.
b.
Cara intra psikis
Koping jenis
peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan
perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah
Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut
sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang
bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari kelemahan atau kekerdilan
sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya: yaitu dengan jalan
mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.
Para ahli menggolongkan
dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:
problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan
usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak
yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan
sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).
Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)
Harmer dan Ruyon (1984)
menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif, yaitu:
1.
Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi
bebagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu
alternate yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang
dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih
alternative yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil
dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2.
Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk
melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan
memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan
membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3.
Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk
terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang
tidak mampu berkonsetrasi ketika menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah
terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan
menjadi seakin kabur dan tidak terarah.
4.
Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi
pemicu stress dengan cara mengekpresikan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau
memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama dengan tidakan agresi.
Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang
bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan perasaan orang lain.
Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan
untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5.
Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspreksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau
mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, cirri, sifat sendiri, dan
seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin
mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memilki kemampuan untuk
melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang
diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan
melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam
keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
Siswanto, S.Pi., Msi.
Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya, CV. Andi